Pada era modern seperti sekarang ini kita
dapat melakukan pembelajaran tidak hanya melalui buku, kita juga dapat
melakukan pembelajaran melalui berbagai macam media, contohnya kita dapat
belajar melalui salah satu media ini yaitu e-learning.
Disini saya akan membahas mengenai apa itu e-learning,
apa saja manfaat e-learning, dan
masih banyak lainnya.
E-learning
berdasarkan dua kata dasarnya, ‘e’ dan ‘learning’ bisa diartikan
sebagai pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. Menurut Hartley
(2001), e-learning suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan
tersampaikannya bahan ajar kepada siswa dengan menggunakan bantuan internet,
intranet, atau media jaringan komputer lainnya. Sementara Sokawarti, Haryono,
dan Librero (2002) menambahkan perangkat teknologi seperti telepon, audio,
videotape, telekonferensi, transmisi satelit selain media komputer. Definisi
menarik disampaikan Eric Parks, CEO ASK International. Ia percaya ‘e’
dalam e-learning bukan hanya berarti elektronik melainkan e-verything
(memerlukan kolaborasi), e-veryone (setiap orang bisa mengakses),
e-asy, dan e-ngaging (membuat siswa tertarik).
Suatu proses belajar mengajar bisa disebut sebagai e-learning
berdasarkan Clark & Mayer (2008) apabila memenuhi ketentuan sebagai
berikut: materi yang relevan dengan tujuan belajar; menggunakan metode
instruksional, seperti contoh dan praktik untuk membantu proses belajar;
menggunakan elemen media kalimat atau gambar untuk mendistribusikan konten dan
metode belajar; menggunakan sistem belajar dengan bantuan instruktur
(sinkronous) atau belajar mandiri (asinkronous); dan memberikan wawasan dan
teknik baru sesuai tujuan belajar.
Manfaat
e-learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu:
a.
Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau
instruktur (enhance interactivity).
Apabila
dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar
interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur,
antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar
(enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat
konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran
konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa?
Karena
pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang
disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat
terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh
beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini
tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun
yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan
pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau
mendapat tekanan dari teman sekelas.
b.
Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time
and place flexibility).
Mengingat
sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses
oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan
interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian
juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada
instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji
untuk bertemu dengan guru/instruktur.
Peserta
didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini,
Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media
penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan
internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal,
penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang
disebut sebagai “tutorial elektronik”.
c.
Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global
audience).
Dengan
fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau
melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas.
Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana
saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar
dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi
siapa saja yang membutuhkan.
d.
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of
content as well as archivable capabilities).
Fasilitas
yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus
berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai
dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik
dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran
dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik
maupun atas hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina
materi pembelajaran itu sendiri.
Pengetahuan
dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai
terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar
elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri.
Harus ada komitmen dari instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan
belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta
didiknya.
E-learning
mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran.
Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur
maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi
informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun
kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat
menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta
didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat pula memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun
soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan
dalam rentangan waktu tertentu pula.
E-learning juga memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan.
a. Kelebihan
e-learning
1.
Tersedianya
fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi
dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan
berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan
waktu.
2.
Pendidik
dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang
tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari.
3.
Peserta
didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau
diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
4.
Bila
peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang
dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet.
5.
Baik
pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang
dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.
6.
Berubahnya
peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif.
7.
Relatif
lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi
atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang
bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya.
b. Kekurangan e-learning
Walaupun
demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning juga
tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut (Triluqman, 2007):
1.
Kurangnya
interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu
sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam
proses belajar-mengajar.
2.
Kecenderungan
mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya
aspek bisnis.
3.
Proses
belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.
4.
Berubahnya
peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran
konvensional.
5.
Peserta
didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal.
6.
Tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan
masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer).
7.
Kurangnya
penguasaan komputer.
Sumber :
Gatra, Sandro. Kompas. 3 September 2013.
Boediono Dorong Penerapan E-Learning. [Edukasi.kompas.com./read/2013/09/03/1256460/Boediono.Dorong.Penerapan.E-Learning].
Diakses pada 21 Desember 2013.
Hakim, Zainal. Pengertian E-learning.
[http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html]
Diakses pada 23 Desember 2013.
Smaratungga. (2009). [online]
Available FTP: http://smaratungga.ning.com. Tanggal akses: 21 Mei 2009.
Febrian,
J. (2004). Kamus komputer dan teknologi informasi. Jakarta: Penerbit
Informatika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar