Jumat, 03 Maret 2017

E-learning

Pada era modern seperti sekarang ini kita dapat melakukan pembelajaran tidak hanya melalui buku, kita juga dapat melakukan pembelajaran melalui berbagai macam media, contohnya kita dapat belajar melalui salah satu media ini yaitu e-learning. Disini saya akan membahas mengenai apa itu e-learning, apa saja manfaat e-learning, dan masih banyak lainnya.
E-learning berdasarkan dua kata dasarnya, ‘e’ dan ‘learning’ bisa diartikan sebagai pembelajaran dengan menggunakan media elektronik. Menurut Hartley (2001), e-learning suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar kepada siswa dengan menggunakan bantuan internet, intranet, atau media jaringan komputer lainnya. Sementara Sokawarti, Haryono, dan Librero (2002) menambahkan perangkat teknologi seperti telepon, audio, videotape, telekonferensi, transmisi satelit selain media komputer. Definisi menarik disampaikan Eric Parks, CEO ASK International. Ia percaya ‘e’ dalam e-learning bukan hanya berarti elektronik melainkan e-verything (memerlukan kolaborasi), e-veryone (setiap orang bisa mengakses), e-asy, dan e-ngaging (membuat siswa tertarik).

Image result for ELEARNING

   Suatu proses belajar mengajar bisa disebut sebagai e-learning berdasarkan Clark & Mayer (2008) apabila memenuhi ketentuan sebagai berikut: materi yang relevan dengan tujuan belajar; menggunakan metode instruksional, seperti contoh dan praktik untuk membantu proses belajar; menggunakan elemen media kalimat atau gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar; menggunakan sistem belajar dengan bantuan instruktur (sinkronous) atau belajar mandiri (asinkronous); dan memberikan wawasan dan teknik baru sesuai tujuan belajar.

Manfaat e-learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu: 

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). 
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa? 

     Karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas. 

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). 
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur. 

  Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”. 

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). 
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan. 

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). 
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri. 

   Pengetahuan dan keterampilan untuk pengembangan bahan belajar elektronik ini perlu dikuasai terlebih dahulu oleh instruktur yang akan mengembangkan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan pengelolaan kegiatan pembelajarannya sendiri. Harus ada komitmen dari instruktur yang akan memantau perkembangan kegiatan belajar peserta didiknya dan sekaligus secara teratur memotivasi peserta didiknya. 

  E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi pelajaran. Demikian juga interaksi antara peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun antara sesama peserta didik. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal yang menyangkut pelajaran ataupun kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Guru atau instruktur dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh para peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan, guru/instruktur dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan dalam rentangan waktu tertentu pula.



E-learning juga memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan e-learning 
1.     Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. 
2.     Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. 
3.     Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. 
4.     Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. 
5.     Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 
6.     Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif. 
7.     Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya. 



b. Kekurangan e-learning 
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau e-learning  juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain dapat disebutkan sebagai berikut (Triluqman, 2007):
1.     Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. 
2.     Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. 
3.     Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. 
4.     Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional. 
5.     Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. 
6.     Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer). 
7.     Kurangnya penguasaan komputer. 



Sumber :
 Gatra, Sandro. Kompas. 3 September 2013. Boediono Dorong Penerapan E-Learning. [Edukasi.kompas.com./read/2013/09/03/1256460/Boediono.Dorong.Penerapan.E-Learning]. Diakses pada 21 Desember 2013.

Hakim, Zainal. Pengertian E-learning. [http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html] Diakses pada 23 Desember 2013.  
Smaratungga. (2009). [online] Available FTP: http://smaratungga.ning.com. Tanggal akses: 21 Mei 2009.
Febrian, J. (2004). Kamus komputer dan teknologi informasi. Jakarta: Penerbit Informatika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar